Riska Kurnia Dwi Harjanti berhasil meraih IPK tertinggi di Prodi BK

Riska Kurnia Dwi Harjanti berhasil meraih indeks prestasi kumulatif tertinggi prodi Bimbingan dan Konseling dalam wisuda UNY periode Agustus yang dilaksanakan pada Sabtu (29/8) secara daring.  Mahasiswa yang biasa disapa Riska tersebut mendapatkan IPK 3,79  dan mendapat predikat Cum Laude. Saat ditanya bagaimana cara agar mahasiswa asal Sleman ini mendapatkan predikat tersebut ia mengatakan harus memanfaakan waktu kuliah dengan maksimal, menyelesaikan tugas sebaik mungkin, menguasai materi perkuliahan, dan memperkaya diri dengan belajar di luar kelas seperti di perpustakaan. “Belajar hanya di bangku kelas dan mendengarkan dosen saja tidak akan cukup. Oleh karena itu, kita bisa belajar dengan banyak membaca dan mencari informasi lain di luar kelas”, kata Riska.

Anak terakhir dari tiga bersaudara tersebut menambahkan bahwa selama di kelas harus memperhatikan penjelasan dosen dengan baik, menyiapkan perkuliahan dihari sebelumnya, menguasai materi saat presentasi, dan memaksimalkan waktu kuliah dengan baik. Jika dalam mata kuliah mengalami kesulitan, maka selain membaca buku atau mencari sumber lain, ia akan bertanya kepada teman yang sudah paham, kakak tingkat, maupun dosen secara langsung. Menurutnya, tidak ada kata tidak bisa, yang ada kita mau atau tidak dalam berusaha.

Anak pasangan Juwari seorang buruh harian lepas dan Ponirah yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini mengaku kendala yang dialami selama kuliah adalah kesulitan dalam manajemen waktu. Ia harus membagi waktu antara kuliah, mengerjakan tugas dan laporan, mengurus beberapa organisasi, mengajar ngaji, dan les privat. Hal yang dilakukannya untuk mengatasi kendala tersebut adalah membuat list to do dengan membuat skala prioritas yaitu menguraikan mana yang penting dan mendesak untuk dikerjakan baik tugas kuliah maupun organisasi. Ibadah juga sangat mempengaruhi akivitas sehari-hari, oleh karena itu perbanyak doa dan sholat akan membantunya untuk tetap tenang dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, ia juga mengerjakan tugas sebelum dateline yang diberikan dosen. Menurutnya, semakin cepat diselesaikan maka semakin berkurang tanggungan atau bebannya. “Selesaikan satu per satu, jika sudah dimulai nanti akan selesai”, tambahnya.

Kesederhanaan dan keteguhan orang tuanya membuat mahasiswa bidikmisi ini memiliki daya juang yang tinggi dan tidak mudah menyerah dengan keadaan. Orang tuanya mengajarkan untuk memanfaatkan waktu dengan maksimal dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. “Saya sangat berterimakasih kepada bapak dan ibu yang sudah berjuang, mendidik, dan membesarkan saya hingga saya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan”, tutupnya. (end)