Konseling Krisis dan Trauma : Kunjungan Akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Kuliah Umum

(Selasa, 24 Juni 2025) Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY menerima kunjungan dari rombongan dosen dan mahasiswa semester 6 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten.

Acara dimulai dengan pemutaran video profil Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dan Prodi Bimbingan dan Konseling, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Ibu Prof. Dr. Budi Astuti, M.Si. selaku Ketua Departemen PPB FIP UNY, Bapak Bapak Arga Satrio Prabowo, M.Pd selaku Ketua Jurusan BK Untirta, dan Bapak Dr. Agus Basuki, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan, Sumber Daya, dan Umum (PKSDU) FIP UNY.

Dalam rangkaian kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan kerjasama Tri Dharma Perguruan Tinggi antara kedua belah pihak yang mencakup kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Dalam sambutannya, baik Ketua Departemen PPB FIPP UNY hingga Wakil Dekan PKSDU menyampaikan apresiasi atas kunjungan ini dan berharap agar hubungan kerjasama antar dua institusi pendidikan ini terus terjalin dengan baik.

Kegiatan dilanjutkan dengan kuliah umum dengan tema "Konseling Krisis dan Trauma" yang disampaikan oleh Bapak Dr. Sigit Sanyata, M.Pd. dan dimoderatori oleh Ibu Rizqi Lestari, M.Pd. Melalui materi ini, Bapak Dr. Sigit Sanyata, M.Pd. menjabarkan beberapa hal penting seperti urgensi konseling krisis dan trauma, posisi konselor dalam kondisi krisis dan trauma, hingga pentingnya menjaga kondisi pribadi dan profesionalitas konselor saat mengalami momen CTD (crisis, trauma, disaster).

Pada situasi krisis dan trauma, perlu dipahami bahwa tidak hanya kepedulian konselor untuk dapat segera memberikan layanan klinis kepada korban yang diperlukan. Melainkan konselor juga diharapkan peka terhadap prioritas kebutuhan korban krisis dan trauma. Konselor juga diharapkan cermat terhadap keberadaan penolong alami, yang menawarkan dorongan maupun dukungan instrumental yang kerap kali keberadaannya lebih disadari daripada penolong profesional. Oleh sebab itu, melalui materi ini narasumber juga berusaha menanamkan pentingnya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti pemerintah agar dapat memiliki akses yang lebih besar kepada korban. 

Setelah sesi materi, para dosen dan mahasiswa dari Untirta diajak untuk melakukan tour ke Laboraturium BK FIP UNY dan Unit Layanan BK UNY. Pengalaman ini memberikan kesempatan bagi dosen dan mahasiswa untuk melihat lebih dekat fasilitas dan layanan yang dimiliki BK UNY dalam mendukung proses pembelajaran dan layanan konseling. (salma & ulvina)